Dengan quattrick tersebut, rupiah tentu saja juga menguat sepanjang bulan April. Tidak tanggung-tanggung, penguatan Mata Uang Garuda mencapai 9,05%, dan membukukan kinerja bulanan terbaik sejak Desember 2008, saat itu rupiah 9,21%.
Kinerja tersebut tentunya berbanding terbalik dengan bulan Maret, ketika mengalami gejolak hingga rupiah menyentuh level terlemah sejak krisis moneter 1998. Penyakit virus corona (Covid-19) yang menjadi pandemi global, dan sudah menjangkiti Indonesia memicu kepanikan global, sehingga para investor menarik dananya dari dari negara-negara emerging market.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi. Akibatnya, nilai tukar rupiah ambrol 13,67%. Pada 23 Maret lalu, rupiah sempat menyentuh level terlemah intraday Rp 16.620/US$, nyaris mencapai level terlemah sepanjang masa Rp 16.800/US$ yang disentuh pada 17 Juni 1998.
Ambrolnya rupiah di bulan Maret lalu mampu di balas di bulan April, meski masih belum bisa membalikkan semua pelemahannya. Tetapi, rupiah berlari kencang sendirian di bulan ini, mayoritas mata uang Asia memang menguat melawan dolar AS, tetapi mayoritas penguatannya masih di bawah 1%. Dolar Taiwan yang menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia penguatannya hanya 1,6% di bulan ini, sangat jauh di bawah rupiah.
Kinerja rupiah sepanjang bulan ini juga jauh lebih baik ketimbang mata uang Eropa, poundsterling Inggris hanya menguat 1,4% melawan dolar AS, krona Swedia 1,23%, euro dan franc Swiss malah melemah 0,47% dan 0,46%. Sehingga rupiah layak menyandang status mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang bulan April.
Tidak hanya itu, mata uang Asia dan Eropa juga dibuat melemah tajam oleh rupiah di bulan April, semakin menegaskan rupiah tanpa tanding di bulan April.
Kepanikan global yang mulai mereda, serta sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah perkasa. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, pada pekan lalu mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi COVID-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.
Hal ini ditunjukkan dari premi risiko global atau biasa dilihat dari global volatility index (VIX) sebelum covid-19 mencapai 18,8. Dan pada Maret mencapai 83,2, sementara saat in berada di kisaran 43.
"Data terakhir menunjukkan 43,8. Artinya memang kepanikan pasar keuangan global puncaknya pada pekan kedua Maret 2020. Berangsur mereda dan sekarang 43,8," kata Perry dalam video conference di Channel Youtube BI, Rabu (22/4/2020).
Di pekan ini, volatility index bahkan turun lebih jauh, berada di bawah level 40, bahkan sempat menyentuh level 30,54 di hari Selasa.
"asia" - Google Berita
May 02, 2020 at 10:12AM
https://ift.tt/3aUAQeJ
Tanpa Tanding! Melesat 9% Rupiah Libas Mata Uang Asia & Eropa - CNBC Indonesia
"asia" - Google Berita
https://ift.tt/2ZO57I2
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment