RMOLBengkulu. Asia Selatan tercatat memiliki seperempat populasi dunia. Negara-negara di wilayah ini memiliki angka penduduk yang sangat padat. Sebut saja India, Pakistan, dan Bangladesh. Namun, berapakah angka yang dimiliki untuk kasus virus corona?
Lebih dari tiga bulan setelah kasus virus corona pertama tercatat di Wuhan China, Asia Selatan hanya memiliki sekitar 60.000 infeksi yang dikonfirmasi. Ini tentu sebuah angka yang mengherankan, sementara di Amerika dan Eropa, jumlah kasus begitu tinggi.
Amerika Serikat telah menempati urutan pertama kasus Covid-19 dengan jumlah kasus lebih dari 1 juta, disusul dengan Spanyol dan Italia di mana keduanya telah mengkonfirmasi lebih dari 200.000 kasus. Dengan kata lain, negara-negara Asia Selatan merupakan seperempat dari populasi dunia tetapi hanya 2 persen dari infeksi coronavirus-nya.
Apa yang dimiliki Asia? Jumlah penduduk yang tinggi, sistem perawatan kesehatan yang kurang baik, serta ekonomi yang masih berkembang. Bank Dunia mencatat, India serta negara-negara di Asia Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi terburuk dampak dari pandemik ini, bahkan yang terburuk dalam empat decade.
Wilayah Asia Selatan, yang terdiri dari delapan negara, kemungkinan akan menunjukkan pertumbuhan ekonomi berkisar 1,8 persen sampai 2,8 persen tahun ini. Angka ini turun dari proyeksi enam bulan lalu sebesar 6,3 persen, sesuai laporan Fokus Ekonomi Asia Selatan Bank Dunia, seperti dikutip dari Straittimes pekan lalu.
Dengan semua kondisi itu, tentu membingungkan melihat angka kasus virus corona yang rendah di wilayah ini. India sejauh ini hanya melakukan sekitar 902,654 atau 654 untuk setiap 1 juta orang, di antara tingkat pengujian terendah di dunia, menurut laporan Worldometer per Jumat (1/5).
Sedangkan Bangladesh hanya melakukan 70.239 tes atau 426 untuk setiap 1 juta orang. Pakistan melakukan 182,131 tes atau 825 untuk setiap 1 juta orang. Untuk negara Asia Selatan lainnya seperti Sri Lanka, hanya melakukan 22,418 tes atau 1,047 untuk setiap 1 juta orang.
Bandingkan dengan Amerika Serikat yang telah melakukan uji tes virus corona sebanyak lebih dari 6 juta atau 19 ribu untuk setiap 1 juta orang, atau seperti Sepanyol yang telah lakukan tes sebanyak 1,455,306 atau 31,126 untuk setiap 1 juta orang.
Untuk jumlah kematian, Asia Selatan juga memiliki angka yang sedikit, dibandingkan Amerika dan Eropa. Angka-angka tersebut menunjukkan India dan kawan-kawannya di Asia Selatan mampu menekan angka kasus dengan baik, jika semua kasus benar-benar telah dikonfirmasikan.
Sejumlah media asing menuliskan, kemungkinan negara-negara Asia Selatan telah berhasil meratakan kurva mereka untuk saat ini atau bahwa mereka masih dalam tahap awal wabah mereka, seperti yang dituliskan BBC.
Sementara Prabhat Jha dari University of Toronto, bisa jadi angka kematian akibat Covid-19 di India rendah karena negara ini hanya melaporkan kasus kematian yang terjadi di rumah sakit. Negara-negara seperti India dan Bangladesh telah memberlakukan penguncian yang lebih ketat daripada Barat, bahkan sebelum virus itu enar-benar menyebar ke seluruh negeri, menurut FP.
Di tengah terpuruknya ekonomi Asia Selatan, kita harus memuji gerak cepat mereka dalam penanganan untuk menutup perbetasan dengan negara lain. Pakistan sampai saat ini masih mengizinkan penerbangan ke China, sebagian besar negara di kawasan itu memberlakukan pembatasan ketat pada perjalanan internasional dan domestik.
Bahkan itu tidak sepenuhnya menjelaskan jumlah kasus yang rendah. Beberapa pihak juga menyoroti langkah yang diambil India, ketika negara itu melakukan menutupan perbatasan tanpa pemberitahuan sebelumnya, membuat banyak pekerja migran dan turis yang terlantar dan rentan.
Untuk populasi, kebanyakan negara-negara di Asia Selatan memiliki penduduk usia muda. India, memiliki usia rata-rata 28 tahun, dibandingkan dengan 38 di Amerika Serikat. Usia rata-rata di Afghanistan 18, Bangladesh 26, serta dan Pakistan rata-rata 24. Usia muda dianggap jauh lebih kuat menentang virus corona disbanding mereka yang berusia lanjut.
Asia Selatan banyak memiliki pasien penyakit tuberculosis (TB). Untuk itu Vaksin Bacillus Calmette-Guérin, yang digunakan secara luas di Asia Selatan untuk memerangi TB, banyak digunakan. Konon, vaksin itu juga menjadi pereda virus corona.
Iklim yang panas di wilayah Asia Selatan dianggap efektif menjadi penghalau berkembangnya virus corona, walau hal ini masih harus dibuktikan. Jadi, mengapa kasus virus corona di Asia Selatan begitu rendah? Kita masih harus mencari tahu lebih dalam lagi. [tmc]
"asia" - Google Berita
May 02, 2020 at 04:43AM
https://ift.tt/2VUuffP
Negara-negara Asia Selatan Paling Tinggi Resistensi terhadap Covid-19 - RMOL Bengkulu
"asia" - Google Berita
https://ift.tt/2ZO57I2
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment