Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat tipis 0,04% ke level 5.957,06. Hanya sesaat bertahan di zona hijau, IHSG kemudian berangsur-angsur turun ke zona merah. Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut terkoreksi 0,93% ke level 5.899,04.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang bergerak di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,52%, indeks Shanghai terangkat 0,21%, indeks Hang Seng menguat 0,69%, indeks Straits Times terapresiasi 1%, dan indeks Kospi bertambah 0,5%.
Bursa saham Benua Kuning sukses mengekor jejak Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Selasa (11/2/2020). Pada perdagangan kemarin, indeks S&P 500 menguat 0,17%, indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,11%, sementara indeks Dow Jones ditutup flat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan sukses memantik aksi beli di bursa saham AS. Menjelang akhir pekan kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi resmi pemerintah AS diumumkan sebanyak 225.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 163.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan tersebut memberikan harapan bahwa laju perekonomian AS akan membaik di tahun 2020.
Belum lama ini, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal IV-2019 diumumkan di level 2,1% (QoQ annualized), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones.
Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian AS hanya tumbuh 2,3%, menandai laju pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun. Untuk diketahui, pada tahun 2017 perekonomian AS tumbuh sebesar 2,4%, diikuti pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2018.
Laju pertumbuhan tersebut juga berada di bawah target yang dipatok oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pasca resmi memangkas tingkat pajak korporasi dan individu pada tahun 2017, Gedung Putih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk setidaknya berada di level 3%.
Di sisi lain, terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi faktor yang membatasi aksi beli di bursa saham Asia. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga kemarin sebanyak 1.113 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 44.000.
Dari dalam negeri, pelaku pasar saham didorong untuk melakukan aksi jual seiring dengan rilis data ekonomi yang mengecewakan. Sepanjang Desember 2019, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel terkontraksi 0,5% secara tahunan.
Untuk periode Januari 2020, angka sementara dari BI menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel terkontraksi hingga 3,1% secara tahunan.
Per akhir sesi satu, indeks sektor barang konsumsi membukukan koreksi sebesar 2,31%.
Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar hingga tengah hari di antaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-6,54%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,87%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-7,17%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,4%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,85%).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
"asia" - Google Berita
February 12, 2020 at 12:26PM
https://ift.tt/2tTJmLy
Duh! Bursa Asia Menghijau, IHSG Drop Nyaris 1% - CNBC Indonesia
"asia" - Google Berita
https://ift.tt/2ZO57I2
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment